Customize Multiboot Startup Options

Edit or create a startup menu that lets you choose which operating system to boot into in multiboot systems, or create a menu that lets you choose different startup options for your single operating system if you have only XP installed.
If you've installed another operating system (in addition to XP) on your system, your PC starts up with a multiboot menu, which allows you to choose which operating system you want to run. The menu stays live for 30 seconds, and a screen countdown tells you how long you have to make a choice from the menu. After the 30 seconds elapse, it boots into your default operating system, which is generally the last operating system you installed.
You can customize that multiboot menu and how your PC starts by editing the boot.ini file, a hidden system file, to control a variety of startup options, including how long to display the menu, which operating system should be the default, whether to use the XP splash screen when XP starts, and similar features. And as you'll see later in this hack, you can also use the file to create a startup menu that will allow you to choose from different versions of your operating system. For example, one that you'll use for tracking down startup problems, and another for starting in Safe Mode.
The boot.ini file is a plain text file found in your root C:\ folder. You might not be able to see it, because it's a system file, and if you can see it, you might not be able to edit it, because it's a read-only file. To make it visible, launch Windows Explorer, choose View ==> Tools ==> Folder Options ==> View and select the radio button "Show Hidden Files and Folders".
To make it a file you can edit, right-click on it in Windows Explorer, choose Properties, uncheck the Read-Only box, and click OK.


a. Editing Files
To edit the file, open it with a text editor such as Notepad. Following is a typical boot.ini file for a PC that has two operating systems installed on it—Windows XP Home Edition and Windows Me:

[boot loader]
timeout=30
default=multi(0)disk(0)rdisk(0)partition(1)\WINDOWS
[operating systems]
multi(0)disk(0)rdisk(0)partition(1)\WINDOWS="Microsoft Windows XP Home
Edition" /fastdetect
multi(0)disk(0)rdisk(0)partition(2)\WINNT="Windows 2000 Professional" /
fastdetect

As you can see, there are two sections in the file: [boot loader] and [operating systems]. To customize your menu and startup options, edit the entries in each section. Before editing boot.ini, make a copy of it and save it under a different name (such as boot.ini.old), so that you can revert to it if you cause problems when you edit the file.
Following are details about how to edit the entries in each section:

[boot loader]
=============
This section controls how the boot process works; it specifies the default operating system and how long a user has to make a selection from a boot menu, if a boot menu has been enabled. The timeout value specifies, in seconds, how long todisplay the menu and wait for a selection before loading the default operating system. If you want a delay of 15 seconds,
for example, enter 15 for the value. Use a value of 0 if you want the default operating system to boot immediately. If you want the menu to be displayed indefinitely and stay onscreen until a selection is made, use a value of -1. The default value specifies which entry in the [operating system] section is the default operating system. (The default value is used even if there is only one operating system in the [operating system] section.) To change the default operating system, edit the setting, in our example, to default=multi(0)disk(0)rdisk(0)partition(2)\WINNT.
So, in our example, if you change the menu settings so that the screen appears for 10 seconds before loading the default operating system, and the default operating system is Windows 2000 Professional, the section reads:

[boot loader]
timeout=10
default=multi(0)disk(0)rdisk(0)partition(2)\WINNT

[operating system]
==================
This section specifies which operating systems are present on the computer, and detailed options for each one. XP uses the Advanced RISC Computing (ARC) path to specify the location of the boot partition. In our example, the ARC path is:

multi(0)disk(0)rdisk(0)partition(1)\WINDOWS

The first parameter, which identifies the disk controller, should be 0. The second parameter, the disk parameter, should also be 0. The rdisk parameter specifies the disk number on the controller that has the boot partition. The numbers start at 0. So, if you have three hard disks installed and the second hard disk has the boot partition, the setting is rdisk(1). The partition parameter identifies the partition number of the boot partition. Partitions start with the number 1. The final section, which in our example is \WINDOWS, specifies the path to the folder where the operating system is installed.
To the right of the ARC path in the example is ="Microsoft Windows XP Home Edition" /fastdetect. The words within quotes
are what will appear on the boot menu next to the entry. To customize the text on the menu you can change these words to whatever you wish—for example, "My Favorite Operating System." The /fastdetect switch disables the detection of serial and parallel devices, which allows for faster booting. The detection of these devices isn't normally required in XP, because the functions are performed by plug-and-play drivers, so as a general rule it's a good idea to use the /fastdetect switch. The /fastdetect switch is only one of many switches that can be used in the boot.ini file to customize how the operating system loads.
When you've finished editing the boot.ini file, save it. The next time you start your computer, its settings will go into effect.
In our example, if we want the menu to appear for 45 seconds, the default operating system to be Windows 2000, and the XP splash
screen to be turned off when we choose to load XP, the boot.ini file should look like this:

[boot loader]
timeout=45
default=multi(0)disk(0)rdisk(0)partition(2)\WINNT
[operating systems]
multi(0)disk(0)rdisk(0)partition(1)\WINDOWS="Microsoft Windows XP HomeEdition" /fastdetect /noguiboot
multi(0)disk(0)rdisk(0)partition(2)\WINNT="Windows 2000 Professional"/ fastdetect

Read More......

PARADIGMA LIFE CYCLE (WATERFALL PARADIGM)

1. Pendahuluan

Tujuan perancangan adalah memberikan teknik yang dapat dihandalkan untuk perancangan secara berulang dari sistem interaktif yang sukses dan berdaya guna. Di Ilmu Komputer. Terdapat suatu sub disiplin besar yang membahas isu manajemen dan teknik dari pengembangan perangkat lunak (software) yang lebih dikenal sebagai rekayasa perangkat lunak (software engineering). Salah satu dasar dalam rekayasa perangkat lunak adalah daur hidup perangkat lunak (software life cycle) yang mendeskripsikan aktivitas yang terjadi mulai dari pembentukan konsep awal hingga tahap penggantian sistem dan implementasi.
Isu interaksi manusia dan computer yang menyangkut daya guna (usability) sistem interaktif relevan dengan seluruh aktivitas pada software life cycle. Sehingga software engineering untuk sistem interaktif bukan semata-mata menambahkan sebuah tahapan pada software life cycle namun lebih pada melibatkan teknik yang berada sepanjang software life cycle.

2. Software Life Cycle
Software life cycle adalah sebuah usaha untuk mengidentifikasikan aktifitas yang terjadi selama pengembangan sebuah perangkat lunak. Aktifitas ini kemudian diurutkan sesuai dengan waktu pelaksanaannya pada proyek pengembangan manapun dan diaplikasikan teknik yang tepat pada setiap aktifitasnya.
Pada pengembangan produk perangkat lunak, kita memperhatikan dua pihak, yaitu pelanggan (customer) yang akan menggunakan produk dan desainer yang menghasilkan produk. Umumnya pelanggan dan desainer adalah sekelompok orang, dan pada beberapa customer dapat menjadi desainer sekaligus. Kadang penting untuk membedakan customer yang memberikan kerja atau menjadi klien bagi desainer dengan customer yang merupakan user yang benar-benar akan menjalankan sistem. Kedua peran tersebut dapat dipegang oleh orang atau kelompok yang berbeda.

3. Aktifitas Pada Life Cycle (Waterfall Paradigm)
Aktifitas life cycle direpresentasikan dalam grafik pada gambar berikut ini. Bagan ini dikenal sebagai model waterfall karena mengikuti bentuk air terjun dengan satu aktifitas menuju aktifitas berikutnya.


a. Requirement Specification
Pada tahap requirement specification, desainer dan customer mencoba menangkap deskripsi seperti apa nantinya sistem yang sebenarnya akan dibangun. Aktifitas ini melibatkan pencarian informasi dari customer mengenai lingkungan kerja tempat sistem ininantinya akan diimplementasikan. Tahap ini sering juga disebut tahap Pemodelan Sistem.

b. Architectural Design
Tahap ini sering disebut tahap analisis. Aktifitas disini memfokuskan pada bagaimana sistem menyediakan layananan seperti diharapkan. Aktifitas pertama adalah high-level decomposition yang membagi sistem menjadi komponen-komponen sesuia dengan fungsinya. Pembagian ini dapat didasarkan pada pembagian yang sudah ada di sistem yang lama atau membuat dari baru. Architectural design tidak hanya meliputi pembagian fungsi sistem yang nantinya akan menyediakan layanan, namun juga mendeskripsikan keterhubungan dan pemakaian bersama sumber daya antara komponen tersebut.

c. Detailed Design
Architectural design atau sering disebut tahap desain, menghasilkan dekomposisi sistem yang memungkinkan pengembangan komponen secara terpisah untuk kemudian diintegrasikan kembali nantinya. Agar dapat diimplementasikan dengan bahasa pemograman, desainer harus melengkapi deskripsi tersebut dengan deskripsi yang lebih detail. Oleh karena itu, tahap detailed design adalah perbaikan dari deskripsi komponen yang dihasilkan oleh architectural design. Perilaku yang ditunjukkan oleh deskripsi pada level di atasnya, harus terdapat pula
di deskripsi detailnya.

d. Coding and Unit Testing
Hasil dari detailed design harus dalam bentuk yang dapat diimplementasikan ke executable programming language. Setelah coding, setiap komponen diuji untuk memverifikasi apakah berjalan dengan benar sesuai dengan criteria yang telah ditetapkan pada tahap-tahap awal.

e. Integration and Testing
Setelah komponen-komponen diimplementasikan dan diuji secara individual, maka komponen tersebut harus diintegrasikan seperti yang dideskripsikan pada architectural design. Pengujian lebih lanjut dilakukan untuk memastikan perilaku yang benar dan tidak ada konflik penggunaan sumber daya bersama. Pada tahap ini juga dimungkinkan untuk melakukan tes (acceptance test) dengan customer untuk memastikan sistem yang dibuat
memenuhi kebutuhan mereka. Setelah acceptance test maka produk dapat di-release kepada customer.

f. Maintenance
Setelah produk di-release, semua pekerjaan yang dilakukan terhadap sistem dianggap sebagai pemeliharaan (maintenance) sampai produk memerlukan desain ulang menjadi versi baru atau produk tidak terpakai lagi. Maintenance melibatkan koreksi terhadap kesalahan/error yang ditemui pada sistem setelah di-release dan dilakukan perbaikan terhadap sistem, sehingga tahap maintenance memberikan feedback pada semua aktifitas lain pada life cycle.

4. Validasi dan Verifikasi
Selama life cycle, rancangan harus dicek untuk memastikan produk memenuhi kebutuhan customer (high-level requirement). Lengkap, dan konsisten. Proses pengecekan ini disebut sebagai validasi dan verifikasi. Boehm memberikan referensi definisi yang membedakan validasi sebagai designing “the right thing”, dan verifikasi sebagai designing “the thing right”.
Verifikasi dari suatu desain umumnya akan terjadi pada suatu aktifitas life cycle atau antara dua aktifitas yang berurutan sedangkan validasi dilakukan pada berbagai aktifitas yang membutuhkan kepuasan customer. Validasi lebih bersifat subyektif dibandingkan verifikasi. Hal ini utamanya disebabkan karena adanya perbedaan antara bentuk bahasa deskripsi kebutuhan (requirement) dengan bahasa perancangan. Pada bidang Interaksi Manusia dan Komputer, validasi ini sering disebut sebagai evaluasi yang dapat dilakukan secara terpisah oleh desainer atau bekerja sama dengan user.

5. Kelemahan Paradigma Life Cycle (Waterfall Paradigm)
Adapun kelemahan-kelemahan yang ditemui pada paradigm ini adalah antra lain :
• Pada proyek sebenarnya, jarang dapat mengikuti urutan-urutan pada paradigma ini yang sifatnya
adalah sekuensial.

• Sulit bagi customer untuk menentukan semua kebutuhan secara eksplisit
• Perangkat lunak atau sistem tidak tersedia sampai waktu yang telah ditentukan

Read More......

VISTA ADALAH KESALAHAN TERBESAR DALAM SEJARAH IT

Siapa tidak mengenal Windows Vista, Sistem Operasi teranyar yang dikeluarkan oleh perusahaan IT terbesar didunia Microsoft. Berseberangan dengan ketenarannya, produk ini dikatakan banyak pengamat adalah salah satu sistem operasi yang gagal. Penulis akan menjabarkan mengapa Vista dikatakan sebagai produk yang gagal dan kesalahan terbesar dalam sejarah IT, dari sudut pandang Interaksi Manusia dan Komputer.

Dapat diibaratkan bahwa “Vista adalah sebuah kereta rusak, tetapi seharusnya tidak”. Vista memang sukses di pasaran karena infrastruktur besar yang telah dibangun disekeliling sistem operasi ini. Tetapi hal itu tidak berarti bahwa banyak orang yang akan menggunakan Vista, atau bahkan membeli Vista. Artinya Vista bukanlah sebuah sistem operasi sukses, seperti pendahulunya, Windows XP misalnya, yang membuat penjualan Personal Computer (PC) naik tajam. Microsoft memang dengan bangga mengatakan bahwa lisensi Vista telah terjual sampai Januari 2008 sebesar kurang lebih 70 juta lisensi. Akan tetapi penjualan lisensi ini terhitung kecil, karena kebanyakan PC saat ini dijual bersama dengan sistem operasi, terutama Vista. Artinya Vista bukanlah pilihan pembeli, tetapi pilihan yang diberikan kepada pembeli.

Menurut Joe Wilcox, dalam tulisannya Broken Windows di website MicrosoftWatch.com, ada lima alasan mengapa Vista dikatakan produk gagal oleh penggunanya, yaitu :

· Vista menampilkan banyak kompleksitas dibandingkan pendahulunya Windows XP

· Pendahulunya merupakan sistem operasi yang cukup baik

· Microsoft mempunyai prioritas yang salah

· Vista dijual sebelum siap

· Tidak ada keselarasan antara Vista dan pengembang (OEM)


a. Nilai “Cukup Baik” Pendahulu Vista

Dua alasan utama diatas saling jalin menjalin. Pesaing utama Vista sebenarnya adalah XP, Sistem operasi sebelum Vista. Windows XP adalah sebuah contoh produk yang sukses, sistem operasi yang realibilitasnya solid seperti batu dan lima tahun di pasaran menciptakannya keakraban dengan pengguna dan infrastruktur pendukung aplikasi yang cukup luas. Ketika produk itu cukup baik, maka seharusnya penerusnya lebih baik dari sebelumnya.

Ada enam kriteria untuk mengukur produk teknologi itu berhasil atau tidak yang ditulis juga oleh Joe Wilcox, yaitu :

· Bangun keakraban dengan pengguna

· Tekankan pada kesederhanaan

· Sembunyikan kompleksitas

· Biarkan pengguna melakukan sesuatu yang baru yang mereka ingin lakukan

· Penuhi apa yang pengguna inginkan

· Ketika produk itu menggantikan produk sebelumnya, tawarkan pengalaman yang lebih baik (better experience)

Keenam kriteria saling berhubungan, tetapi kriteria terakhir merupakan kehilangan penting bagi Windows Vista. Experience yang ditawarkan Vista sangat buruk dibandingkan experience yang ditawarkan XP dulu. Hal ini disebabkan karena peningkatan kompleksitas pada Vista.

Kompleksitas yang ada pada Vista antara lain :

· Banyak versi Vista yang membingungkan dan perbedaannya juga tidak telalu mencolok

· Ketidak-cocokan yang membingungkan antara Vista dan perangkat keras (Hardware), terutama dalam hal grafik

· Keharusan pengguna untuk menaikkan (upgrade) spesifikasi hardware komputernya guna mendukung fitur-fitur pada Vista

· Terlalu banyak ketidak-cocokan aplikasi dan hardware

· Security Pop-up yang membingungkan, tidak jelas, dan berkelanjutan

Komplesitas diatas, terutama bagian kelima, memang merupakan alasan Vista “dijauhi” konsumen. Security Pop-up yang dikembangkan Microsoft ini, seakan-akan membuat vista yang mengatur kegiatan user. Padahal tujuan utama produk IT diciptakan adalah sebagai alat bantu untuk memenuhi kebutuhan manusia. Artinya produk yang diatur oleh manusia yaitu sebagai penguna, bukan sebaliknya.

Sepertinya kebiasaan pengguna memakai XP tidak diperhitungkan oleh Microsoft ketika membuat Vista. Hampir tujuh tahun Windows XP menguasai pasar operating sistem. Hal ini tentu saja membuat pengguna terbiasa memakai XP. Beberapa icon pada XP berubah nama pada Vista, misalnya pada control Panel Vista. Hal ini tentu saja akan mengganggu pengguna yang biasanya adalah pengguna setia Microsoft Windows.


b. Meletakkan Pendapatan Diatas Pengguna

Penelitian mendetail tentang bagaimana Vista dilempar ke pasaran menunjukkan bahwa prioritas Microsoft bukanlah pengguna melainkan para pemegang saham. Microsoft memang sudah dari dulu bertingkah sebagai pemonopoli pasar. Dalam kekosongan persaingan dalam pasar yang menjanjikan, Microsoft memilih jalan untuk memaksimalkan keuntungan dari tiap pengguna, dengan harapan tentunya bahwa pasar bisnis dan pengguna biasa akan berpaling pada Vista. Monopoli memang hal lumrah di Amerika Serikat, dan Microsoft adalah salah satu perusahaan yang menganutnya.

Lihatlah bagaimana Vista dan Office dipasarkan. Microsoft menaikkan harga dengan bergeser disekitar tipe-tipe Vista. Misalnya saja, Windows Vista Home Basic tidak dapat dibandingkan dengan Windows XP Home. Windows Vista Home Basic menawarkan lebih sedikit kemampuan inti untuk sejumlah uang yang sama dengan XP Home. Lainnya seperti Windows Vista Enterprise yang hanya dapat dibeli melalui Software Assurance Contracts, Tetapi bukan dengan kontrak ini perusahaan bisnis membeli Vista Enterprise. Perusahaan mendapatkan software Vista Enterprise didalam PC yang baru.

Lain halnya dengan Office 2007. Microsoft memasarkan Office 2007 terpisah dari Vista. Tujuannya tentu saja agar pengguna Vista yang tanpa Office membeli software ini dengan harga yang terpisah pula. Sebagai tambahan, walaupun Vista dan Office 2007 bagaikan dua saudara yang berbeda watak walaupun keluarga kandung. Hal ini disebabkan karena beberapa hal berikut :

· Pendekatan antarmuka dengan pengguna yang ditampilkan dari dua produk ini sangat berbeda

· Office 2007 dapat berjalan di XP dan berbagai macam Hardware. Vista lebih memilih

Penempatan pendapatan diatas prioritas pengguna adalah bagian terbesar dari kompleksitas yang ada pada Vista sehingga menyebabkan Vista dicap sebagai produk gagal. Produk IT seharusnya lebih mementingkan pengguna diatas segalanya untuk menciptakan produk yang memenuhi kebutuhan pengguna. Pengguna adalah pusat kenapa produk IT diciptakan (User-Centered) karena akhirnya pengguna jugalah yang akan menilai produk IT itu berguna untuknya atau tidak. Dapat dikatakan Vista adalah kesalahan yang disebabkan karena menempatkan pengguna bukan sebagai yang utama.


c. Siap atau Tidak??

Dua alasan terakhir yang dikemukakan oleh Joe Wilcox, tentang mengapa Vista disebut produk gagal, saling berhubungan. Microsoft menjual Vista sebelum siap, atau mungkin sebelum pasar siap. Perusahaan Microsoft percaya pada Windows Update baru akan mendorong kemajuan, perbaikan keserasian hardware, dan bahkan driver baru. Sampai sekarang pun Microsoft tetap mendorong keserasian hardware dan update driver.

Kebutuhan update pada Vista mengungkapkan bahwa tidak semua siap. Jika tidak, mengapa harus ada update, terutama sekali setelah Vista dilempar ke pasar buka sebelum Vista didistribusikan.

Sementara itu, ada ketidak-cocokan antara pengembang (OEMs) dan Microsoft. Prioritas antara keduanya tidak memiliki kecocokan sehingga melukai experience dari Vista. Misalnya saja Laptop yang dinilai oleh Vista hanya 3.0. Lainnya ketika penguna yang menggunakan suatu komputer untuk game, komputer itu mematikan banyak fitur dari Vista untuk menaikkan experience dalam game. Hal ini terjadi karena Vista tidak cocok dengan banyak hardware khususnya Graphics Chips yang ada pada komputer, terutama pada Notebook.

Ketidak-cocokan ini mengungkapkan bahwa Vista tidak cukup dukungan hardware dan software ketika diluncurkan. Memang benar bahwa Vista mendorong perkembangan arsitektur computer, tetapi perubahan ini menimbulkan permasalahan bagi Software Developers dan Hardware Manufacturers. Sampai sekarang pun tidak ada hardware yang mampu memenuhi “kelaparan” yang ditimbulkan Vista khususnya pada memory.


Kesimpulannya adalah apa yang dibuat Microsoft terhadap Vista adalah Sistem Operasi yang sangat baru dan menggunakan teknologi khayalan untuk menyediakan keserasian terhadap hardware dan software yang akan belakangan hadirnya.



Read More......

Sejarah 25 Nama Distro Linux Terpopuler

Sebenarnya aku lagi iseng-iseng waktu nyari tugas laboratorium Jarkom, eh taunya ketemu-nya yang ini, tapi sepertinya unik. Aku post deh kesini.


1. Ubuntu

Arti Ubuntu diketahui hampir semua geek, definisinya adalah "sebuah kata Afrika yang berarti 'kemanusiaan untuk semuanya' atau 'saya dibentuk oleh kita semua'. Distribusi Ubuntu membawa semangat Ubuntu ke dunia perangkat lunak."

2. PCLinuxOS
Cukup jelas, nama ini berasal dari PC + Linux + Operating System. PCLinuxOS memiliki GUI yang mirip dengan Windows untuk memudahkan transisi pemakai ke Linux. Oleh karena itu mereka menggunakan kata PC (walaupun sebenarnya PC tidak ekslusif untuk Windows).

3. openSUSE
Adalah sebuah proyek SUSE open source yang disponsori Novell dan AMD. SUSE adalah akronim dalam bahasa Jerman untuk "Software- und System-Entwicklung" (pengembangan perangkat lunak dan sistem). Akan tetapi ada juga yang mengatakan bahwa nama SUSE dipakai untuk menghormati insinyur Konrad Zuse.

4. Fedora
Adalah sebuah proyek Linux komunitas yang disponsori Red Hat. Nama "Fedora" ini diambil dari jenis topi (fedora) yang dipakai oleh pria di logo Red Hat.

5. Mandriva

Distribusi Linux ini berasal dari Mandrake Linux yang dibuat oleh MandrakeSoft, akan tetapi MandrakeSoft kalah dari Hearst Corporation dalam hak penggunaan nama "Mandrake." MandrakeSoft kemudian membeli Connectiva, dan hasil pencampuran ini disebut Mandriva.

6. Sabayon
Sebuah distribusi yang dibuat di Trentino, Italia dan dinamakan mengikuti nama sebuah hidangan penutup Italia yang disebut Sabayon. Sabayon dibuat dari telur kuning, gula dan alkohol manis.

7. Debian
pertama kali diperkenalkan Ian Murdock di tahun 1998. Nama Debian sendiri diambil dari nama pacarnya (sekarang istri) Debra dan namanya Ian.

8. Damn Small Linux
Sebuah distro Linux dengan ukuran hanya 50MB, sesuai dengan namanya.

9. MEPIS
Menurut pencipta MEPIS Warren Woodford, MEPIS tidak berarti apapun, ia hanya salah mendengar temannya yang berbicara melalui koneksi Skype yang buruk, dan menyukai nama ini.

10. FreeBSD
Memang secara teknis bukan Linux, tetapi mereka tetap bersaudara dan menduduki peringkat 11 di distrowatch. BSD adalah sebuah turunan Linux yang dikembangkan di University of California Berkeley. BSD sendiri adalah akronim untuk Berkeley Software Distribution. FreeBSD adalah saudara dari distro BSD.

11. CentOS
Berbasis Red Hat Enterprise Linux (RHEL) dan merupakan akronim dari Community Enterprise Operating System.

12. DreamLinux
Sebuah distro turunan Debian berasal dari Brazil dan berpenampilan sangat mirip dengan Mac OS X. Tidak ada sejarah di belakang nama ini, hanya campuran dari dream dan Linux.

13. Puppy Linux
Sebuah distribusi live CD yang mengutamakan kemudahan pakai. Distro ini memiliki maskot yang bernama "Puppy" yang merupakan seekor Chihuahua asli.

14. Kubuntu
Hanya KDE + Ubuntu saja.

15. Zenwalk
Cukup membingungkan. Saat mengunjungi situs mereka, tagline mereka berbunyi
"ever tried zen computing?," jadi bagian Zen sudah jelas. Tetapi bagian "walk" dengan logo lumba - lumba? Lumba - lumba bahkan tidak dapat berjalan. Saya menulis email kepada JP Guillemin, pencipta distro tersebut untuk meminta penjelasannya. Jawabannya: "Hi, Zenwalk digunakan agar berbunyi mirip seperti Nextstep, Os terkenal yang diciptakan Steve Jobs saat dipecat oleh Apple."

16. Slackware
Diciptakan oleh Patrick Volkerding. Slackware pada awalnya adalah sebuah proyek pribadi, dan agar tidak menjadi serius, Patrick menamakan proyek ini "slack" dari Church of SubGenius yang berarti keadaan di mana seseorang menggunakan energi seminim mungkin untuk hidup.

17. Knoppix
Sebuah distro Live CD yang diciptakan Klaus Knopper dan dinamakan berdasarkan namanya sendiri.

18. Gentoo
Distro berbasis source code yang semua aplikasi harus dikompilasi dari awal untuk memaksimalkan kecepatan. Fakta ini mengubah namanya (pada awalnya Enoch) menjadi Gentoo, yaitu jenis penguin perenang tercepat.

19. Slax
Sebuah distro Live CD berbasis Slackware, begitu juga namanya.

20. Sidux
Sebuah distro Linux berbasis versi unstable Debian dengan kode nama "Sid" yang diambil dari karakter Sid Phillips di Toy Story, biasanya menghancurkan dan menyiksa mainan adiknya Hannah. Siapa bilang geek tidak memiliki selera humor.

21. Ubuntu Studio
Hanya sebuah turunan Ubuntu yang dikhususkan untuk produksi multimedia.

22. PC-BSD
Sebuah distro berbasis BSD, dibuat untuk kemudahan instalasi dengan program GUI dan mudah dipakai dengan desktop KDE sebagai pilihan default, sehingga diberikan nama PC di depannya.

23. Xubuntu
XFCE + Ubuntu.

24. Foresight
Sebuah distro yang menggunakan Conary sebagai package manager yang memiliki fitur rolling update, tidak seperti kebanyakan distro yang hanya memberikan update besar dua kali setahun. Sebagai contoh, saat Banshee 1.0 muncul bulan depan, para pemakai Foresight akan memiliki aplikasi terbaru ini dalam waktu kurang dari 1 minggu, sedangkan para pemakai Ubuntu harus menunggu hingga bulan Oktober. Nama Foresight diambil karena anda akan mendapatkan aplikasi terlebih dahulu dibandingkan distro - distro lain.

25. DesktopBSD
Dari situsnya: "DesktopBSD bertujuan menjadi OS stabil dan kuat untuk para pemakai desktop.

Sumber : www.udaramaya.com

Read More......

Muqadimah

Aku hanya manusia biasa tetapi bukan biasa-biasa saja
yang hanya ingin menulis
mengajak menari pena-pena berwarna
agar membuat yang salah menjadi benar
merubah kebohongan menjadi kenyataan
walaupun hal itu mungkin menyakitkan
karena salah dan benar hanyalah setipis kertas
ya... hanya setipis kertas


Read More......